Sabtu, 23 Juli 2011

pedas tetap jadi trendsetter di hampir semua bidang

Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.

Inilah cabai terpedas di dunia yang berasla dari India, “Bhut Jolokia”, merupakan cabai terpedas di dunia versi Guinness Book of Records. Tahun lalu, cabai ini pernah mengantarkan seorang perempuan India untuk memecahkan rekor Guinness Book of Records dengan makan 51 buah “bhut jolokia” hanya dalam waktu dua menit.
Sekarang, cabai ini tidak hanya akan “meledak” di dalam mulut, tetapi juga meledak dalam arti sebenarnya dengan tujuan menumpas gerombolan teroris. Para ilmuwan di India berhasil mengembangkan granat dan senjata lain yang berisi cabai jolokia.
Seperti diberitakan Times of India, granat pedas ini telah diuji coba oleh para ilmuwan departemen pertahanan India kemarin. “Granat cabai adalah senjata tak beracun, dan bila digunakan akan memaksa teroris untuk keluar dari sarangnya karena bau granat sangat tajam hingga mereka akan tersedak,” kata R.B. Srivastava, seorang ilmuwan senior Defence Research and Development Organisation (DRDO) di Tezpur, utara Assam, India.
Tingkat kepedasan cabai asli Assam ini bila diukur dengan unit Scoville adalah 1.001.304, hampir dua kali lipat dari tingkat kepedasan cabai savina merah dari Meksiko yang memiliki tingkat kepedasan 577.000 unit Scoville. Sebagai perbandingan cabai hijau New Mexico mengandung 1.500 unit Scoville, sedangkan jalapeno sekitar 10.000.
Granat tak mematikan ini bisa membuat musuh mati rasa dan tidak bisa bergerak tanpa melukai atau membunuh mereka. “Ada juga aplikasi lain, yang kami sebut ‘women power’. Bubuk cabai spesial yang bisa menjadi senjata bagi kaum perempuan untuk mengenyahkan para pengganggu,” kata Srivastava.
Mereka juga berencana menggunakan pasta jolokia atau dalam bentuk bubuk untuk dijadikan gas air mata sehingga bisa digunakan untuk membubarkan para perusuh dan para demonstran yang melanggar peraturan.
Masih banyak lagi rencana para ilmuwan India untuk memanfaatkan jolokia, antara lain mencampurkan sejumlah jolokia ke dalam santapan para prajurit agar mereka tetap hangat dan menyebarkan bubuk jolokia ke pagar-pagar barak militer dengan harapan bau tajam cabai bisa mengusir binatang liar seperti gajah liar di beberapa wilayah Assam dan negara bagian di timur laut India. Satu kilogram jolokia di pasaran dihargai 300 rupee. (Berita perihal cabai ini bisa dilihat DI SINI).
Keberhasilan India dalam pengembangan pertaniannya yang diapliksikan dalam bidang pertahanan seprti pemanfaat cabai super pedas sebagai senjata tersebut patut diacungi jempol. Sebagai negara dunia ketiga hal ini patut menggembirakan dan patut dicontoh oleh pemerintah kita. Sehingga kita tidak tergantung lagi dalam hal teknologi pertahanan kepada asing utamanya Amerika dan Eropa.
Dan yang lebih patut mendapatkan pujian lagi adalah rencana pemakaian “senjata” dari cabai super pedas ini untuk menumpas teroris, baik itu sebagi senjata granat atau senjata gas air mata. Sehingga teroris tidak langusng digrebek dan dibunuh seperti di Indonesia sekarang ini, karena bagaimanapun teroris tetap manusia yang mempunyai hak hidup dan juga hak-hak konstitusional dan azas praduga tak bersalah harus dijunjung tinggi. Jadi jangan asal bunuh.
Sebenarnya sinergi di bidang pertahanan dengan negara seperti India sangat diperlukan, disamping untuk pengembangan teknologi-teknologi tepat guna seperti di atas juga untuk membuat berdaya guna dan berdaya saing antar negara-negaar Non Blok, dimana India dan Indonesia menjadi pilar utama di dalam persekutuan negara-negara Non Blok tesrebut. Jadi sudah sepantasnya kita berguru dan bersinergi dengan mereka.